Ketika bicara soal Masa Orde Lama di Indonesia, biasanya yang langsung terlintas di pikiran banyak orang adalah berbagai tantangan politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi pada masa itu. Tapi, jujur aja, setelah saya pelajari lebih dalam (dan berdiskusi dengan beberapa teman yang suka banget sejarah), ternyata era ini punya banyak peninggalan penting yang masih terasa dampaknya sampai sekarang. Kalau kita geser sedikit perspektif dan lihat lebih dekat, Orde Lama bukan cuma soal konflik—ada banyak pelajaran dan pencapaian yang nggak bisa kita abaikan.
Salah satu kelebihan besar dari Orde Lama adalah perjuangan awal membangun identitas bangsa. Saya selalu merasa terinspirasi ketika membaca tentang bagaimana Presiden Soekarno mencoba menyatukan keberagaman Indonesia. Bayangin, negara kita ini baru merdeka, tapi udah punya dasar negara yang jelas: Pancasila. Itu salah satu pencapaian terbesar, menurut saya. Saya pernah dengar seorang dosen bilang, “Kalau tanpa Pancasila, mungkin Indonesia nggak akan sesolid sekarang.” Dan ya, masuk akal banget. Pancasila berhasil menjadi pegangan semua orang meski dengan latar belakang budaya, agama, dan pandangan hidup yang beda-beda.
Selain itu, kalau kita ngomongin diplomasi internasional, era Orde Lama juga lumayan mengesankan. Soekarno dikenal sebagai salah satu pemimpin dunia yang vokal banget soal antikolonialisme. Ada momen-momen penting, kayak Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955. Saya pernah ke Gedung Merdeka di Bandung, tempat konferensi itu diadakan, dan nggak bohong—saya langsung merinding. Konferensi ini bukan cuma soal Indonesia, tapi juga soal bagaimana negara-negara yang baru merdeka bisa bekerja sama untuk melawan ketidakadilan global. Ini menunjukkan bahwa, di tengah segala kekacauan domestik, Indonesia saat itu masih bisa memimpin gerakan besar di kancah internasional.
Dan ngomong-ngomong soal pembangunan nasional, kita juga nggak boleh lupa kalau di zaman Orde Lama, seni dan budaya benar-benar tumbuh pesat. Kalau kalian suka sastra, pasti tahu nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer atau Chairil Anwar, kan? Mereka itu hidup di masa ini! Saya pernah iseng baca Bumi Manusia, dan meskipun awalnya agak berat, lama-lama saya jadi paham kenapa karya Pram bisa disebut masterpiece. Nggak cuma sastra, seni musik juga berkembang banget. Lagu-lagu keroncong sampai gamelan modern mulai dapat perhatian lebih besar di era ini.
Tapi ya, bukan berarti semuanya mulus. Saya nggak mau bohong, ada banyak kekurangan juga. Kebijakan ekonomi sering nggak stabil, dan itu bikin rakyat kecil kesulitan. Tapi menurut saya, penting untuk mengakui bahwa masa-masa sulit itu juga menjadi fondasi untuk belajar lebih baik ke depannya. Kalau nggak ada eksperimen kebijakan seperti “Ekonomi Terpimpin,” mungkin Indonesia nggak akan punya pandangan tentang apa yang seharusnya diperbaiki.
Satu hal yang menarik, saya pernah ngobrol sama seorang kakek di desa yang hidup di era itu. Dia cerita gimana meskipun keadaan ekonominya sulit, rasa persatuan di antara masyarakat terasa sangat kuat. “Kami semua saling bantu. Karena pemerintah waktu itu kan mendorong rasa gotong royong,” katanya. Itu jadi pengingat buat saya, kalau solidaritas adalah salah satu nilai yang diwariskan dari masa itu.
Kalau dipikir-pikir, Orde Lama memang masa yang kompleks. Tapi kelebihannya nggak bisa dikesampingkan. Dari Pancasila, gerakan internasional, hingga seni dan budaya, semuanya punya peran besar dalam membentuk identitas Indonesia yang kita kenal sekarang. Kadang kita hanya fokus pada sisi buruk sejarah, padahal dengan melihat kelebihannya, kita bisa belajar lebih banyak untuk masa depan.
Jadi, menurut kalian, apa lagi yang bisa kita syukuri dari peninggalan Orde Lama? 😊