Pernah nggak sih kamu duduk di tengah kemacetan atau membaca berita soal ketimpangan ekonomi, lalu tiba-tiba kepikiran: "Kenapa negara-negara tertentu maju banget, sementara yang lain masih berjuang?" Aku dulu nggak terlalu memikirkan hal ini sampai suatu hari, waktu kuliah, aku kebetulan ikut kelas sejarah global. Awalnya aku cuma daftar karena jadwalnya pas, tapi ternyata kelas itu benar-benar membuka mata tentang bagaimana kolonialisme dan imperialisme membentuk dunia seperti sekarang.
Salah satu momen yang bikin aku tersadar adalah waktu dosenku cerita tentang sistem ekonomi yang diwariskan dari kolonialisme. Dia bilang, banyak negara yang dulunya dijajah masih berjuang dengan "warisan" ekonomi berbasis eksploitasi. Misalnya, negara-negara kaya sumber daya alam malah sering kali jadi yang paling miskin. Aku langsung ingat kasus tambang emas di Papua atau karet di Kongo. Hasil bumi mereka luar biasa, tapi siapa yang paling diuntungkan? Bukan penduduk lokal, itu pasti.
Dan nggak cuma ekonomi, ya. Budaya juga kena dampaknya. Waktu aku jalan-jalan ke sebuah museum di kota kecil, aku lihat koleksi barang-barang "eksotis" dari Asia dan Afrika. Lucu, sih. Benda-benda itu kayak "trophy" dari masa penjajahan, tapi nggak ada konteks soal gimana barang-barang itu diambil (atau dirampas). Sekarang aku sadar, banyak identitas budaya lokal yang terkikis karena pengaruh kolonial. Bahasa lokal ditinggalkan, tradisi dianggap kuno, bahkan cara kita memandang diri sendiri seringkali dipengaruhi oleh "standar" Eropa.
Oh, dan pendidikan! Ini salah satu topik yang sering bikin aku gemas. Banyak sistem pendidikan di negara bekas jajahan yang sebenarnya dirancang bukan untuk mencerdaskan rakyat, tapi untuk menghasilkan tenaga kerja murah buat para penjajah. Pola pikir ini kayaknya masih membekas. Ada banyak negara yang fokus pendidikannya lebih ke mencetak pekerja dibanding inovator atau pemimpin.
Yang bikin frustrasi adalah, dampaknya tuh sistemik. Misalnya, ketimpangan akses kesehatan, infrastruktur yang timpang antara kota dan desa, sampai cara kita berpolitik. Banyak negara bekas jajahan mewarisi sistem birokrasi yang ribet dan sering kali korup. Ini kayak warisan tak terlihat yang susah banget dihilangkan.
Tapi nggak semua cerita suram, kok. Ada juga perlawanan yang inspiratif. Waktu aku baca tentang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah, aku benar-benar terinspirasi. Bayangin, orang-orang yang nggak punya banyak sumber daya, tetap berani melawan kekuatan besar seperti Belanda. Ini bikin aku sadar, walaupun dampak kolonialisme masih terasa, kita juga punya kekuatan untuk berubah.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Menurutku, langkah pertama adalah menyadari sejarah kita. Jangan takut mengakui kalau masa lalu itu rumit. Dari situ, kita bisa mulai membangun dengan lebih sadar. Fokus pada pendidikan yang memberdayakan, dukung kebudayaan lokal, dan kalau bisa, pilih pemimpin yang benar-benar peduli soal ketimpangan ini.
Mungkin perjalanan ini panjang, tapi setiap langkah kecil penting. Seperti kata dosenku waktu itu, "Masa lalu mungkin membentuk kita, tapi masa depan ada di tangan kita." Ah, klise, ya? Tapi aku rasa itu benar. 😊