Saya masih ingat ketika pertama kali saya benar-benar terpesona dengan dunia teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Waktu itu, saya baru saja membeli komputer bekas dari uang tabungan. Komputernya lambat, monitor CRT-nya berat, tapi rasanya seperti jendela ke dunia baru. Awalnya, saya hanya menggunakan komputer itu untuk mengetik tugas sekolah dan bermain game offline. Namun, begitu saya memasang modem (dengan suara "kring-kring" khas itu), dunia saya benar-benar berubah.
Tapi, jangan salah paham, perjalanan ini nggak selalu mulus. Pernah, saya salah mengklik iklan pop-up, dan tiba-tiba komputer saya penuh dengan virus. Itu momen di mana saya sadar betapa pentingnya keamanan dalam dunia TIK. Saya belajar untuk lebih hati-hati dan mulai mengenal hal-hal seperti antivirus, firewall, dan bahkan kata sandi yang kuat. Ya, itu pelajaran mahal yang saya pelajari dari pengalaman pahit.
Nah, ngomongin soal TIK, yang bikin saya kagum adalah betapa cepatnya teknologi ini berkembang. Dari email yang dulu hanya bisa diakses melalui PC besar, sekarang kita bisa melakukan panggilan video ke mana saja hanya dengan ponsel di tangan. Waktu pandemi, saya benar-benar merasakan bagaimana teknologi ini jadi penyelamat. Zoom meeting, Google Classroom, dan WhatsApp grup jadi alat komunikasi utama, nggak cuma untuk kerja tapi juga untuk tetap terhubung dengan keluarga.
Saya pernah membaca data menarik—menurut Statista, pada 2023 saja, ada sekitar 5,16 miliar pengguna internet di dunia. Itu sekitar 64,4% dari populasi global! Bayangkan betapa besar dampaknya, bukan hanya dalam komunikasi, tapi juga dalam pendidikan, bisnis, bahkan cara kita bersosialisasi.
Namun, nggak semua soal TIK ini tentang hal besar atau canggih. Saya belajar kalau kadang, manfaatnya datang dari hal sederhana. Contohnya, saya membantu tetangga saya membuat toko online kecil untuk bisnis kue rumahan mereka. Awalnya mereka ragu, tapi setelah beberapa minggu, pesanan mulai berdatangan dari pelanggan di luar kota! Itu momen yang bikin saya sadar, TIK bukan hanya tentang gadget mahal atau teknologi mutakhir—ini tentang bagaimana kita menggunakan alat itu untuk membuat hidup lebih baik.
Oh, ngomongin alat, saya sempat frustrasi waktu mencoba belajar coding beberapa tahun lalu. Saya pikir itu bakal gampang karena, ya, saya sudah cukup paham teknologi. Tapi ternyata, memahami logika pemrograman itu kayak belajar bahasa asing. Saya ingat menghabiskan malam-malam panjang membaca debugging error. Tapi, satu hal yang saya pelajari: jangan takut salah. Karena dari kesalahan itu, saya jadi paham cara berpikir yang lebih terstruktur dan kreatif.
Satu tips sederhana: kalau kamu baru mulai mendalami TIK, fokuslah pada hal yang paling relevan buat kamu. Kalau kamu suka bisnis, pelajari e-commerce atau pemasaran digital. Kalau kamu senang visual, mungkin belajar desain grafis atau animasi adalah ide bagus. Teknologi itu alat, dan alat terbaik adalah yang membantu kamu mencapai tujuanmu.
Jadi, nggak peduli seberapa kecil langkah awalmu, teknologi informasi dan komunikasi punya potensi untuk mengubah segalanya—asal kamu tahu cara memanfaatkannya. Oh, dan jangan lupa backup data kamu. Serius, pengalaman kehilangan file penting itu nggak lucu sama sekali! 😅